plus-minus day care

Rasanya ga seimbang kalo yang diomongin hanya kelebihan daycare aja, karena setiap pilihan selalu membawa konsekuensi entah positif ato negatif. Ngomongin tentang daycare, menurut gue ada beberapa kekurangan pengasuhan di daycare:

Anak jadi sering terpapar virus
Daycare merupakan lokasi publik dimana banyak orang yang datang dan pergi, ada yang sehat ada yang bawa bibit penyakit. Kita gak bisa menghindari, apalagi melarang nanny-nya daycare yang lagi flu, juga anak lain yang lagi batuk, untuk berinteraksi dan bermain dengan anak kita.
Pengalaman gue, bulan pertama masuk daycare Hanna langsung sukses kena penyakit flu dan diare. Untungnya ga parah, tapi tetep aja bikin gue khawatir karena demam 39 dercel dan gtm (baca:ga mau makan) parah. Ujungnya jadi lari ke dokter buat konsultasi.Harganya muahall
Ada rupa ada harga. Ternyata pepatah ini juga berlaku di dunia per-daycare-an. Biaya menitipkan seorang anak/bayi secara full day di daycare cukup untuk bayar gaji 2 orang baby sitter berpengalaman plus seorang pembantu pemula! Perumpamaan lainnya, biaya sebulan di daycare cukup untuk bayar cicilan bulanan kpr rumah kelas menengah, ato paket kredit grand livina selama lima taun. Tuuh kan…asli biaya nitipin anak di daycare bisa bikin miskin.
Gue sendiri yang berasal dari kalangan biasa aja mensiasatinya dengan ngambil cuma paket 3 jam/hari. Karena gue itung2 harganya setara dengan bayar 1 org pembantu (rp 700.000), belanja toilettries pembantu (rp 50.000), biaya makan sebulan (rp 450.000), plus biaya privasi gue ato biaya spy ga makan ati ama ulah pembantu. Gue sih pake ‘pembenarannya’ dengan alasan gapapa mahal dikit, yang penting gue gak makan ati dengan ulah pembantu. Lagian gue juga tetep bisa full berinteraksi dengan anak sendiri.

Ada biaya lain-lain
Yang gue sebut biaya lain-lain itu termasuk ongkos bensin pp dan biaya parkir.

Diluar minusnya daycare yang udah disebutin di atas, gue baca hasil penelitian di amerika yang menunjukkan bahwa anak yang dititipin di daycare selama bertahun-tahun cenderung lebih argumentatif dan agak agresif – meski tingkat agresifitasnya masih dalam batas yang wajar. Sementara penelitian lainnya menunjukkan bahwa anak yang dititipkan di daycare yang berkualitas memiliki kemampuan berbahasa dan berinteraksi yang lebih baik dibanding anak yang diasuh di daycare yang kurang berkualitas ato dari ibu yang kurang memiliki keterampilan pengasuhan anak yang baik.

Anyway, gue sendiri sangat percaya bahwa pengasuh terbaik bagi seorang anak adalah ibunya sendiri, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. So mommies, let’s improve our knowledge and skills to be the best mom for our own child.